ANALISA
ALTERNATIF STRUKTUR PENGAMAN PANTAI
PENCEGAH
OVERTOPPING PADA PANTAI GUMICIK
Oleh :
1. I Gusti Made
Sudika, 2. I Nyoman Sugiartana
ABSTRAK
Pantai
Gumicik berlokasi di Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar,
merupakan salah satu pantai bagian tengah Pulau Bali yang mengalami abrasi yang
cukup parah akibat gempuran gelombang. Di lokasi studi terdapat bangunan-bangunan
seperti tempat suci, kuburan, dan pemukiman yang sudah dekat dengan laut
sehingga hampir tidak ada sempadan pantai akibat abrasi yang terjadi sangat
parah Salah satu penanggulangan erosi pantai adalah menggunakan struktur
pelindung pantai. Masalah yang terjadi di pantai gumicik adalah konstruksi
revetment mengalami overtopping,
dimana dalam studi ini akan dianalisa berapa sebenarnya elevasi top revetment
yang ada dan bagaimana upaya untuk menghindari overtopping.
Tujuan
dari studi ini adalah untuk mengetahui top
elevasi konstruksi pengamanan pantai Gumicik, serta bagaimana upaya untuk menghindari
terjadinya overtopping. Metode yang
digunakan dalam studi ini adalah metode kepustakaan, metode
survey/observasi dan metode dokumentasi, adapun data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder.
Hasil
analisa menunjukkan bahwa terjadinya overtopping
pada konstruksi pengamanan pantai Gumicik disebabkan oleh terjadinya
perpindahan sedimen menyusur pantai dan perpindahan sendimen kearah laut atau
tegak lurus pantai, sehingga dipilih bangunan revetment untuk mengamankan garis
pantai serta bangunan breakwater
ambang rendah untuk menormalisasi sendimen agar tidak terjadi perpindahan sendimen
di lokasi studi. Dari hasil analisa seharusnya tinggi top elevasi adalah 5,50 m
dari low water level (LWL), dan untuk
menangulangi terjadinya overtopping
pada bangunan konstruksi pantai gumicik, direncanakan dilakukan penanganan
penempatan pemecah gelombang ambang rendah dimana banguanan ini dapat mereduksi
gelombang sebesar 30%. Disarankan dalam perencanaan bangunan pantai sebaiknya lebih
ditekankan pada kelengkapan data – data
seperti data topografi, data batimetri, data oceanografi ( pasang surut, arus
dan gelombang ), data geoteknik dan data sendimentasi sepanjang pantai sehingga
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Kata
kunci : Gelombang, Bangunan Pengaman
Pantai Revetmen dan Breakwater Ambang Rendah ( submerged breakwater ).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai
negara kepulauan, Indonesia terdiri dari 17.508 pulau yang mempunyai panjang
garis pantai kurang lebih 95.000 km. Dan berdasarkan pengamatan Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2007, 20% dari
garis pantai di Indonesia telah mengalami kerusakan pantai akibat erosi dan
abrasi, yang setiap tahun terjadi dan mengalami peningkatan.
Pulau
Bali yang merupakan tujuan wisata memiliki daerah pantai yang cukup panjang.
Panjang pantai
di Bali mencapai + 437,70 km, yang
saat ini mengalami erosi sepanjang 181,70 km yang sudah ditangani sepanjang
84,336 km dan yang belum ditangani sampai tahun 2013 mencapai 97,364 km.
Terjadinya erosi dan abrasi pantai yang diakibatkan oleh aktivitas
gelombang merupakan permasalahan yang utama di daerah pesisir pantai. Salah
satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur pelindung
pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang (absorbver) pada lokasi pesisir. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan struktur pengaman pantai
yang berfungsi untuk memecahkan, merefleksikan dan menyerap energi gelombang.
Salah satu cara yaitu dengan menggunakan konstruksi pengaman pantai yang
terbuat dari material batu alam (batu andesite) dalam bentuk konstruksi
revetmen.
Panjang pantai
di Gumicik mencapai 10,000 km, yang saat ini mengalami erosi sepanjang 2,258
km yang sudah ditangani sepanjang 1,258 km dan yang belum ditangani sampai
tahun 2013 mencapai 1,000 km. Zona pantai Gumicik meliputi pantai Gumicik,
pantai Pabean, Pantai Purnama, pantai Saba dan pantai Lembeng.
Di Kabuptaen Gianyar, Kecamatan Sukawati yaitu di Pantai Gumicik
telah mengalami kerusakan dan kemunduran garis pantai akibat hantaman gelombang
yang secara terus-menerus dengan tinggi gelombang yang signifikan sepanjang
tahun. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa kerusakan dan
kemunduran garis pantai di pantai Gumicik. Permasalahan yang terjadi di pantai
Gumicik adalah berapa elevasi top revetmen pantai Gumicik yang harus dibuat
supaya tidak terjadi overtopping
(limpasan), dan bagaimana upaya menghindari overtopping
pada konstruksi tersebut, karena akibat adanya overtopping konstruksi akan mengalami gerusan pada bagian belakang
yang mengakibatkan konstruksi menjadi labil.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa elevasi top revetment pantai Gumicik yang harus dibuat agar
tidak terjadi overtopping ( limpasan
) ?
2. Bagaimana upaya menghindari terjadinya overtopping gelombang di atas revetment?
Tujuan Penelitian
1. Tujuan
dari studi ini adalah untuk mengetahui elevasi top revetmen pantai Gumicik yang
harus dibuat agar tidak terjadi overtopping
(limpasan).
2. Untuk
mencari alternatif struktur pengaman pantai yang dapat mengatasi terjadinya overtopping diatas revetmen.
Batasan Penelitian
Mengingat
luasnya cakupan permasalahan dan dengan keterbatasan waktu dan biaya, agar penelitian tidak bias perlu
dilakukan batasan – batasan pada studi ini, adapun batasan penelitian ini sebagai berikut :
1.
Tidak dilakukan pembahasan ekonomi proyek.
2.
Tidak meninjau proses sindimentasi.
3.
Data pengukuran dan hidro oceanografi hanya didasarkan
pada data sekunder.
METODE PENELITIAN
Lokasi
StudintiGumicik
Pantai Gumicik
|
|
Pantai Gumicik
|
Pantai Gumicik
|
|
Pantai Gumicik
|
Pantai Gumicik
|
Gambar Peta
Lokasi Studi
(Sumber : Peta
Google Map)
Metode Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data,
metode yang akan digunakan dalam perencanaan ini adalah :
1. Metode Kepustakaan
2. Metode Survey/Observasi
3. Metode Dokumentasi
Jenis Data
1.
Data Primer
2.
Sekunder
Dalam hal ini
Departemen Pekerjaan Umum bagian proyek pantai dan Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), seperti :
a. Data Angin,
b. Data Topografi dan Bathymetri
c. Data pasang Surut
Pengolahan Data
Pengelohan Data Angin Dan Peramalan Gelombang
Angin
yang berhembus di atas permukaan perairan
membangkitkan gelombang laut, peristiwa tersebut merupakan transfer/perpindahan
energi dari udara yang bergerak ke permukaan air, karena itu data angin dapat
dipakai untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang yang terjadi dilokasi
kajian.
Analisa Data Angin
Berdasarkan
data angin selama 20 tahun dibuatkan wind rose untuk mendapatkan arah angin
yang paling dominan dan kecepatan angin yang paling dominan.
Perhitungan Fetch Efektif
Fetch
adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki kecepatan dan
arah angin yang relative konstan.
Peramalan Gelombang Pada Laut Dalam
(Deep Water)
Penting
sekali untuk memperoleh metode sederhana dalam membuat estimasi gelombang.
Analisis Kala Ulang Gelombang
Rencana
Pengolahan data
hasil peramalan adalah dengan cara analitis statistik.
Analisis Pasang Surut
Data
pasang surut merupakan salah satu parameter yang penting bagi perencanaan
struktur pelindung pantai.
Analisis Refraksi/Difraksi
Refraksi adalah
peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi gelombang akibat perubahan
dasar laut.
Analisis Stabilitas Bangunan
Analisa kestabilan bangunan pengaman
pantai ditinjau berdasarkan kestabilan bangunan terhadap gaya geser dan guling
yang diakibatkan oleh gelombang.
Analisa Permodelan
Analisa permodelan dilakukan untuk
memodelkan berbagai alternatif penanganan untuk memperoleh sebuah alternatif
yang paling efektif.
Detail Desain Bangunan Alternatif
Penanganan
Dari hasil permodelan, diperoleh sebuah
alternatif penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Bagan Alir Penelitian
Untuk memperoleh
hasil penelitian yang tepat dan efektif, diperlukan sebuah bagan alir sebagai
acuan dalam langkah-langkah penelitian.
HASIL DAN ANALISA DATA
Analisis Kecepatan dan Arah
Angin
Untuk memperoleh distribusi kecepatan dan arah
angin, dilakukan proses pengolahan data angin yang diperoleh dari kantor BMKG
Ngurah Rai. Data angin yang digunakan selama 20 tahun yaitu dari tahun 1990
sampai dengan 2009. Kecepatan angin di dalam data ini menggunakan satuan
knot,dimana :
1 knot = 0,515 meter/detik
Data angin yang
telah diproses dengan software DINA HINDCAST dapat dilihat pada mawar angin
yang dapat dilihat pada gambar 4.1. Distribusi kecepatan dan arah angin ini
digunakan untuk mengetahui persentase kejadian dari masing-masing kecepatan
untuk setiap arah angin yang akan digunakan untuk analisis angkutan sedimen,
pembangkitan gelombang dan untuk mengetahui arah angin dominan.
Distribusi kejadian dan arah angin dalam berbagai interval (
1990-2009)
Sumber : Hasil
Analisa
Gambar Windrose Pantai Gumicik
(Sumber : Hasil Analisa)
Perhitungan
Fetch Efektif
Pembentukan
gelombang oleh angin diukur dari jarak potensial pembentukan gelombang antara
lokasi studi dengan pulau-pulau yang menghadapnya. Gambar fetch masing-masing
arah pada Pantai Gumicik dapat dilihat pada gambar 4.3. Dan hasil perhitungan
fetch efektif dapat dilihat pada tabel 4.2 dan perhitungan ini dicari dengan
menggunakan rumus 2.3 sebagai berikut :
=
Dengan :
= Fetch
efektif yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch.
= Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch.
α = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin,
dengan menggunakan pertambahan
sampai sudut
sebesar
pada kedua
sisi dari arah angin.
Gambar Fetch
Pantai Gumicik
(Sumber : Hasil Analisa)
Berikut ini adalah contoh perhitungan fetch efektif yang dilakukan :
Hasil perhitungan fetch
efektif
No
|
Arah
|
Sudut (α)
|
Fi (skala gambar)
|
Fi (Km)
|
cos α
|
Fi cos α
|
Fetch Efektif (Km)
|
1
|
Timur (E)
|
-20
|
8748928.004
|
87.489
|
0.939
|
82.152
|
60.367
|
|
-15
|
8103073.744
|
81.031
|
0.965
|
78.195
|
||
|
-10
|
8242308.474
|
82.423
|
0.984
|
81.104
|
||
|
-5
|
8260131.876
|
82.601
|
0.996
|
82.271
|
||
|
0
|
8179175.129
|
81.792
|
1
|
81.792
|
||
|
5
|
8039253.390
|
80.393
|
0.996
|
80.071
|
||
|
10
|
1670691.572
|
16.707
|
0.984
|
16.440
|
||
|
15
|
1493876.545
|
14.939
|
0.965
|
14.416
|
||
|
20
|
1369160.289
|
13.692
|
0.939
|
12.856
|
||
Total
|
8.768
|
529.29697
|
|||||
2
|
Tenggara
(SE)
|
-20
|
1358624.623
|
13.586
|
0.939
|
12.757
|
1346.205
|
|
-15
|
1410979.678
|
14.110
|
0.965
|
13.616
|
||
|
-10
|
1743051.75
|
17.431
|
0.984
|
17.152
|
||
|
-5
|
200000000
|
2000.000
|
0.996
|
1992.000
|
||
|
0
|
200000000
|
2000.000
|
1
|
2000.000
|
||
|
5
|
200000000
|
2000.000
|
0.996
|
1992.000
|
||
|
10
|
200000000
|
2000.000
|
0.984
|
1968.000
|
||
|
15
|
200000000
|
2000.000
|
0.965
|
1930.000
|
||
|
20
|
200000000
|
2000.000
|
0.939
|
1878.000
|
||
Total
|
8.768
|
11803.525
|
|||||
3
|
Selatan
(S)
|
-20
|
200000000
|
2000.000
|
0.939
|
1878.000
|
2000.000
|
|
-15
|
200000000
|
2000.000
|
0.965
|
1930.000
|
||
|
-10
|
200000000
|
2000.000
|
0.984
|
1968.000
|
||
|
-5
|
200000000
|
2000.000
|
0.996
|
1992.000
|
||
|
0
|
200000000
|
2000.000
|
1
|
2000.000
|
||
|
5
|
200000000
|
2000.000
|
0.996
|
1992.000
|
||
|
10
|
200000000
|
2000.000
|
0.984
|
1968.000
|
||
|
15
|
200000000
|
2000.000
|
0.965
|
1930.000
|
||
|
20
|
200000000
|
2000.000
|
0.939
|
1878.000
|
||
Total
|
8.768
|
17536
|
|||||
4
|
Barat
Daya (SW)
|
-20
|
200000000
|
2000.000
|
0.939
|
1878.000
|
397.372
|
|
-15
|
1635014
|
16.350
|
0.965
|
15.778
|
||
|
-10
|
1514746
|
15.147
|
0.984
|
14.905
|
||
|
-5
|
1547863
|
15.479
|
0.996
|
15.417
|
||
|
0
|
1666669
|
16.667
|
1
|
16.667
|
||
Total
|
4.884
|
1940.7664
|
Sumber : Hasil Analisa
Peramalan
Gelombang
Hasil peramalan
gelombang berdasarkan transformasi gelombang
Sumber : Hasil Analisa
Gelombang
Kala Ulang
Perhitungan
periode gelombang menggunakan beberapa metode yaitu : Fisher Tippet Type I,
Weibull, dan Gumbel kemudiandari ketiga perhitungan tersebut digunakan
berdasarkan koefisien korelasi. Koefisien korelasi mengukur kecocokan terbaik
(goodness of fit).
Metode Fisher Tippet Type I
Berikut ini adalah
hasil analisa gelombang dengan Metode Fisher Tippet Type I
Hasil analisa
tinggi gelombang dengan Metode Fisher Tipet
No
|
Hsm
|
P
|
ym
|
Hsm.ym
|
y2m
|
(Hsm
- Hr)2
|
Ĥsm
|
Hsm
- Ĥsm
|
(m)
|
|
(m)
|
(m2)
|
(m2)
|
(m2)
|
(m)
|
(m)
|
|
1
|
3.50
|
0.972
|
3.567
|
12.486
|
12.727
|
12.250
|
3.469
|
0.031
|
2
|
2.95
|
0.922
|
2.517
|
7.425
|
6.335
|
8.703
|
2.976
|
-0.026
|
3
|
2.75
|
0.873
|
1.994
|
5.485
|
3.978
|
7.563
|
2.731
|
0.019
|
4
|
2.65
|
0.823
|
1.636
|
4.336
|
2.677
|
7.023
|
2.563
|
0.087
|
5
|
2.35
|
0.773
|
1.359
|
3.193
|
1.846
|
5.523
|
2.433
|
-0.083
|
6
|
2.35
|
0.724
|
1.129
|
2.653
|
1.274
|
5.523
|
2.326
|
0.024
|
7
|
2.35
|
0.674
|
0.930
|
2.185
|
0.865
|
5.523
|
2.232
|
0.118
|
8
|
2.15
|
0.624
|
0.752
|
1.618
|
0.566
|
4.623
|
2.149
|
0.001
|
9
|
2.05
|
0.575
|
0.590
|
1.210
|
0.348
|
4.203
|
2.073
|
-0.023
|
10
|
2.05
|
0.525
|
0.439
|
0.900
|
0.193
|
4.203
|
2.002
|
0.048
|
11
|
1.80
|
0.475
|
0.296
|
0.532
|
0.087
|
3.240
|
1.935
|
-0.135
|
12
|
1.80
|
0.425
|
0.157
|
0.283
|
0.025
|
3.240
|
1.870
|
-0.070
|
13
|
1.73
|
0.376
|
0.021
|
0.037
|
0.000
|
2.993
|
1.806
|
-0.076
|
14
|
1.65
|
0.326
|
-0.114
|
-0.188
|
0.013
|
2.723
|
1.743
|
-0.093
|
15
|
1.65
|
0.276
|
-0.252
|
-0.415
|
0.063
|
2.723
|
1.678
|
-0.028
|
16
|
1.65
|
0.227
|
-0.395
|
-0.652
|
0.156
|
2.723
|
1.611
|
0.039
|
17
|
1.50
|
0.177
|
-0.549
|
-0.824
|
0.302
|
2.250
|
1.539
|
-0.039
|
18
|
1.47
|
0.127
|
-0.724
|
-1.064
|
0.524
|
2.161
|
1.457
|
0.013
|
19
|
1.45
|
0.078
|
-0.939
|
-1.361
|
0.881
|
2.103
|
1.356
|
0.094
|
20
|
1.30
|
0.028
|
-1.276
|
-1.659
|
1.628
|
1.690
|
1.198
|
0.102
|
Jumlah
|
41.1500
|
10.00
|
11.140
|
36.179
|
34.487
|
90.976
|
41.150
|
|
Rerata
|
2.0575
|
0.50
|
0.557
|
1.809
|
1.724
|
4.548
|
2.057
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Std. Deviasi
|
0.5763
|
|
|
|
|
|
|
|
α
|
0.7687
|
|
|
|
|
|
|
|
1/√N
|
0.2236
|
|
|
|
|
|
|
|
c + ɛ ln ν
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
0.468
|
|
|
|
|
|
|
|
B
|
1.796
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Hasil Analisa
Hasil analisa
tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu
Kala
ulang
|
yr
|
Hsr
|
nr
|
r
|
Hs
- 1,28r
|
Hs
+ 1,28r
|
tahun
|
(tahun)
|
(m)
|
|
|
(m)
|
(m)
|
2
|
0.367
|
1.968
|
0.235
|
0.135
|
1.795
|
2.141
|
5
|
1.500
|
2.500
|
0.369
|
0.213
|
2.227
|
2.772
|
10
|
2.250
|
2.851
|
0.495
|
0.285
|
2.486
|
3.216
|
25
|
3.199
|
3.296
|
0.666
|
0.384
|
2.805
|
3.787
|
50
|
3.902
|
3.626
|
0.797
|
0.459
|
3.038
|
4.213
|
100
|
4.600
|
3.953
|
0.929
|
0.535
|
3.268
|
4.638
|
Sumber : Hasil Analisa
Hasil analisa periode gelombang dengan
Metode Fisher Tipet
No
|
Tsm
(m)
|
P
|
ym
(m)
|
Tsm.ym
|
y2m
(m)
|
(Tsm
- Tr)2
|
|
|
(m2)
|
(m2)
|
(m)
|
||||||
1
|
7.20
|
0.972
|
3.567
|
25.686
|
12.727
|
51.840
|
7.374
|
-0.174
|
2
|
6.80
|
0.922
|
2.517
|
17.115
|
6.335
|
46.240
|
6.837
|
-0.037
|
3
|
6.70
|
0.873
|
1.994
|
13.363
|
3.978
|
44.890
|
6.570
|
0.130
|
4
|
6.60
|
0.823
|
1.636
|
10.799
|
2.677
|
43.560
|
6.387
|
0.213
|
5
|
6.20
|
0.773
|
1.359
|
8.424
|
1.846
|
38.440
|
6.245
|
-0.045
|
6
|
6.20
|
0.724
|
1.129
|
6.998
|
1.274
|
38.440
|
6.127
|
0.073
|
7
|
6.20
|
0.674
|
0.930
|
5.765
|
0.865
|
38.440
|
6.025
|
0.175
|
8
|
6.00
|
0.624
|
0.752
|
4.515
|
0.566
|
36.000
|
5.934
|
0.066
|
9
|
5.87
|
0.575
|
0.590
|
3.465
|
0.348
|
34.457
|
5.852
|
0.018
|
10
|
5.87
|
0.525
|
0.439
|
2.577
|
0.193
|
34.457
|
5.774
|
0.096
|
11
|
5.60
|
0.475
|
0.296
|
1.655
|
0.087
|
31.360
|
5.701
|
-0.101
|
12
|
5.60
|
0.425
|
0.157
|
0.880
|
0.025
|
31.360
|
5.630
|
-0.030
|
13
|
5.35
|
0.376
|
0.021
|
0.114
|
0.000
|
28.623
|
5.561
|
-0.211
|
14
|
5.30
|
0.326
|
-0.114
|
-0.604
|
0.013
|
28.090
|
5.491
|
-0.191
|
15
|
5.30
|
0.276
|
-0.252
|
-1.334
|
0.063
|
28.090
|
5.421
|
-0.121
|
16
|
5.30
|
0.227
|
-0.395
|
-2.094
|
0.156
|
28.090
|
5.348
|
-0.048
|
17
|
5.25
|
0.177
|
-0.549
|
-2.884
|
0.302
|
27.563
|
5.269
|
-0.019
|
18
|
5.20
|
0.127
|
-0.724
|
-3.762
|
0.524
|
27.040
|
5.179
|
0.021
|
19
|
5.15
|
0.078
|
-0.939
|
-4.835
|
0.881
|
26.523
|
5.069
|
0.081
|
20
|
5.00
|
0.028
|
-1.276
|
-6.379
|
1.628
|
25.000
|
4.897
|
0.103
|
Jumlah
|
116.69
|
10.00
|
11.140
|
79.465
|
34.488
|
688.501
|
116.690
|
0.00
|
Rerata
|
5.83
|
0.50
|
0.557
|
3.973
|
1.724
|
34.425
|
5.835
|
0.00
|
Std. Deviasi
|
0.636
|
|
|
|
|
|
|
|
α
|
0.769
|
|
|
|
|
|
|
|
1/√N
|
0.224
|
|
|
|
|
|
|
|
A
|
0.512
|
|
|
|
|
|
|
|
B
|
5.550
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Hasil Analisa
Hasil analisa periode gelombang dengan
periode ulang tertentu
Kala
ulang (tahun)
|
yr
|
Tsr
|
nr
|
r
|
Ts
- 1,28r
|
Ts
+ 1,28r
|
(tahun)
|
(m)
|
|
|
(m)
|
(m)
|
|
2
|
0.367
|
5.737
|
0.235
|
0.149
|
5.546
|
5.928
|
5
|
1.500
|
6.317
|
0.369
|
0.235
|
6.016
|
6.617
|
10
|
2.250
|
6.701
|
0.495
|
0.314
|
6.298
|
7.103
|
25
|
3.199
|
7.186
|
0.666
|
0.423
|
6.644
|
7.727
|
50
|
3.902
|
7.546
|
0.797
|
0.506
|
6.897
|
8.194
|
100
|
4.600
|
7.903
|
0.929
|
0.590
|
7.147
|
8.659
|
Sumber : Hasil Analisa
Perhitungan koefisien ketepatan (r) menggunakan metode persamaan linier
dengan grafik berikut ini :
Grafik
koefisien ketepatan Metode Fisher Tippet
Pemilihan
Gelombang Kala Ulang Rencana
Rekap hasil analisa
statistik gelombang
Kala
ulang (Tahun)
|
Metode
|
|||||
Fisher-Tippet
|
Weibull
|
Gumbel
|
||||
Tinggi
Gel. (m)
|
Nilai r
|
Tinggi
Gel. (m)
|
Nilai r
|
Tinggi
Gel. (m)
|
Nilai r
|
|
2
|
2.141
|
0.992
|
2.062
|
0.955
|
1.972
|
0.440
|
5
|
2.772
|
0.992
|
2.801
|
0.955
|
2.589
|
0.440
|
10
|
3.216
|
0.992
|
3.502
|
0.955
|
2.997
|
0.440
|
25
|
3.787
|
0.992
|
4.550
|
0.955
|
3.512
|
0.440
|
50
|
4.213
|
0.992
|
5.417
|
0.955
|
3.895
|
0.440
|
100
|
4.638
|
0.992
|
6.338
|
0.955
|
4.274
|
0.440
|
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil perhitungan periode gelombang dengan berbagai
metode tersebut, digunakan metode yang memiliki koefisien korelasi kecocokan
terbaik (goodness of fit) yaitu
Metode Fisher Tippet Type I yang menghasilkan nilai r = 0.992. Nilai ini
mendekati angka 1 yang berarti fungsi adanya hubungan korelasi linear antar
variabel. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan tinggi dan periode
gelombang sebagai berikut :
Tinggi dan periode
gelombang dengan kala ulang tertentu
No
|
Kala
Ulang
|
Tinggi
Gelombang (m)
|
Periode
(s)
|
|
1
|
2
|
2.141
|
5.928
|
|
2
|
5
|
2.772
|
6.617
|
|
3
|
10
|
3.216
|
7.103
|
|
4
|
25
|
3.787
|
7.727
|
|
5
|
50
|
4.213
|
8.194
|
|
6
|
100
|
4.638
|
8.659
|
Sumber : Hasil Analisa
Hasil analisa tinggi
gelombang di berbagai kedalaman
No
|
Kedalaman
(m)
|
Ho
|
Ho' (Ho
x Kr)
|
d'/Ho'
|
Hs/Ho
|
Hs (m)
|
1
|
5
|
3.787
|
3.635
|
1.375
|
0.950
|
3.454
|
2
|
4
|
3.787
|
3.635
|
1.100
|
0.780
|
2.836
|
3
|
3
|
3.787
|
3.635
|
0.825
|
0.650
|
2.363
|
4
|
2.93
|
3.787
|
3.635
|
0.806
|
0.630
|
2.290
|
5
|
1.465
|
3.787
|
3.635
|
0.403
|
0.400
|
1.454
|
Sumber : Hasil Analisa
Analisa
Pasang Surut
Elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan
suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan pasang surut. Berikut ini ialah
besaran nilai pasang surut yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida
:
Nilai pasang surut
di lokasi
No
|
Elevasi Acuan
|
Nilai
(m)
|
1
|
HWL (High Water
Level)
|
2.930
|
2
|
MSL (Mean Sea Level)
|
1.465
|
3
|
LWL (Low Water
Level)
|
0.000
|
Sumber : Data Balai
Wilayah Sungai Bali-Penida,2013
Berikut ini ialah analisa berat batu lapis penyusun
:
Data-data :
Tinggi gelombang (Hs) : 2.290 m
Slope Bangunan :
2.5 (1 : 2.5)
Bj. Batu (ρr) :
2700 kg/m3
Slope pantai :
0.02 (1/50)
Bj. Air laut (ρw) :
1024 kg/m3
Koef.Kestabilan (Kd) :
2.0 (kestabilan batu dengan kemiringan
1:2.5)
Perhitungan ini menggunakan rumus 2.32 sebagai
berikut :
Sr =
|
ρr/ρw
|
=
|
2.637
|
Analisa
Alternatif Penanganan
Pembuatan pemecah
gelombang, pembuatan pemecah gelombang diharapkan mampu melemahkan atau
mereduksi energy gelombang sehingga gelombang yang mencapai garis pantai telah
mengalami pengurangan tinggi dan energinya.
Detail Desain Breakwater
Desain
submerged breakwater ditentukan berdasarkan
beberapa nilai hasil analisa sebelumnya. Berikut ini ialah nilai hasil analisa
sebelumnya yang digunakan dalam penentuan desain breakwater tersebut :
Kt : 0.3
MSL : 1.465 m
H : 2.290 m
Berikut ini ialah
langkah-langkah dalam menentukan dimensi submerged
breakwater :Penentuan Elevasi Mercu Breakwater
Data :
Kt =
0.3
HWL =
2.93 m
H =
2.290 m
d =
0.000 (elevasi dasar breakwater)
Breakwater ini direncanakan mampu
meredam 30% tinggi gelombang yang akan mencapai pantai, maka dari itu
tinggi/elevasi mercu breakwater ialah :
Elevasi mercu = d + ((H+HWL)*Kt)
=
0.000 + ((2.290 + 2.93) x 0.3))
=
1.56 ≈ 1.6 m
Jadi, elevasi mercu breakwater
ialah 1.2m dari LWL
v
Penentuan Berat Lapis Penyusun dan
Dimensi Breakwater
Penentuan
berat lapis penyusun :
Penentuan berat lapis lindung
menggunakan persamaan Hudson yang telah dijelaskan pada rumus 2.32 sebagai
berikut :
Tinggi gelombang (Hs) : 2.290 m
Slope Bangunan :
2.5 (1 : 2.5)
Bj. Batu (ρr) :
2700 kg/m3
Slope pantai :
0.02 (1/50)
Bj. Air laut (ρw) :
1024 kg/m3
Koef.Kestabilan (Kd) :
2.0
Cot ɵ :
3
Sehingga :
Sehingga berat batu lapis utama
(armor layer ) ialah 1500 kg. Untuk lapis antara dan lapis inti dihitung dengan
cara berikut :
·
Lapis
Antara (under layer)
W2
= W1/10
= 1500/10 = 150kg
·
Lapis
Inti (core layer)
Berat
lapis inti (core layer) digunakan
berat batu 1-40 kg
Penentuan Dimensi Breawater :
Data :
n = 1 (jumlah lapisan)
kΔ = 1.15 (koef.
Lapisan)
ρr = 2700 kg/m3
(berat jenis batu)
Tebal lapis
utama (armour layer) ialah sebagai
berikut :
Tebal lapis
kedua (under layer) ialah sebagai
berikut :
Jadi tebal lapis
lindung utama ialah 1m dan lapis kedua 0.5m.
Berdasarkan
analisa tersebut, maka diperoleh desain submerged
breakwater ialah sebagai berikut :
Detail dan potongan breakwater
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian perencanaan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Dengan kondisi gelombang
yang ada dipantai Gumicik seharusnya elevasi top revetment 5,50 m dari low
water level ( LWL ), sedangkan elevasi top revetmen yang ada adalah + 5.00 m
dari low water level.
2.
Untuk menanggulangi
terjadinya overtoping, direncanakan dilakukan penanganan dengan menempatkan
pemecah gelombang ambang rendah pada lokasi revetment yang mengalami
overtoping. Pemecah gelombang ini diharapkan mampu mereduksi tinggi gelombang
dan memicu terbentuknya tombolo pada daerah belakang breakwater.
3.
Berdasarkan analisa yang
dilakukan, breakwater direncanakan mereduksi gelombang sebesar 30% sehingga
tidak terjadi overtoping pada revetment dibelakangnya. Breakwater ini
ditempatkan 200 m dari garis pantai dengan panjang 30 m. Berikut ini ialah
detail desain breakwater hasil analisa :
Dimensi breakwater
No
|
Keterangan
|
Dimensi
|
1
|
Elevasi
mercu breakwater
|
+1.60
m
|
2
|
Lebar
top breakwater
|
3.00
m
|
3
|
Berat
Batu :
· Lapis Armor
· Lapis Under Layer
· Lapis Inti
|
1500
kg
150
kg
1-40
kg
|
4
|
Tebal
Lapisan :
· Lapis Armor
· Lapis Under Layer
· Lapis Inti
|
1m
0.5m
10cm
|
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan manfaat dan tujuan
penulisan tugas akhir ini adalah :
1.
Daerah Pantai Gumicik merupakan
daerah pantai yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menjanjikan, maka
perlu dilakukan penataan kawasan Pantai Gumicik agar terlihat lebih menarik dan
indah.
2.
Penanganan kerusakan pantai
dengan membangun revetment merupakan tindakan yang tepat untuk menanggulangi
gerusan tebing pantai secara instan. Namun dalam penentuan desain bangunan
disarankan agar diperhatikan elevasi mercu bangunan dan penanggulangan bila
terjadi overtoping.
3.
Dalam pelaksanaan survey untuk
perencanaan, data topografi, data batimetri, data oceanografi (pasang surut,
arus dan gelombang), data geoteknik dan data sendimen sepanjang pantai supaya
lebih detail sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat terutama pada
sendimentasi yang ada dilokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimius, 2010, Pedoman
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengamanan Pantai, Kementerian Pekerjaan
Umum, Jakarta, di Jakarta.
Anonimius, 2010,
Penilaian Kerusakan Pantai dan Prioritas
Penanganannya, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, di Jakarta.
Bambang Triatmojo, 2012, Perencanaan
Bangunan Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta, di
Yogyakarta.
CEM (Coastal Engineering Manual).2002. US
ARMY CORPS OF ENGINEERS.
CERC.1984.Shore Protection Manual, Vol.1 and Vol.2. US ARMY CORPS.
Direktorat
Bina Teknik SDA 2003. Pedoman Umum
Pengamanan Dan Penanganan Kerusakan
Pantai, Jakart
Petronas,University.2011.
Shoreline response to three submerged breakwater along Kerteh Bay Coast of
Terengganu, Malaysia.
Nur
Yuwono, 2004, Pedoman Reklamasi Pantai,
Direktorat Bina Teknik, Jakarta, di Jakarta.